Eksistensi ASEAN 58 Tahun: Suaranya Nyaris Tak Terdengar

Artikel54 Dilihat

(Refleksi HUT ke-58 ASEAN, 8 Agustus 2025)_

Oleh : MS.Tjik.NG

*Bismillahirrahmanirrahim*

_Abstrak_

Tulisan ini mengeksplorasi paradoks antara citra ASEAN sebagai kawasan damai dan inklusif dengan realitas gejolak internal yang berulang.

Di usia 58 tahun dengan tema peringatan “Towards Inclusive & Sustainable ASEAN Future”, ASEAN masih menghadapi kritik karena minimnya peran langsung dalam meredam sengketa antaranggota.

Melalui pendekatan analisis kelembagaan regional dan studi kasus seperti Blok Ambalat, tulisan ini mengkaji keterbatasan ASEAN Way serta menawarkan rekomendasi penguatan peran mediasi regional.

_Pendahuluan_

Sejak berdirinya pada 8 Agustus 1967, ASEAN telah membentuk identitas sebagai forum regional yang mengutamakan kerja sama ekonomi, politik, dan sosial-budaya. Tema HUT ke-58 “Towards Inclusive & Sustainable ASEAN Future” mencerminkan ambisi untuk membangun masa depan yang merangkul semua pihak secara berkelanjutan. Namun, di balik retorika ini, muncul pertanyaan :

_> Apakah inklusi dan keberlanjutan juga berlaku dalam penanganan konflik dan sengketa di kawasan?_

_Narasi Kawasan Damai: Antara Mitos dan Realita_

ASEAN kerap memproklamirkan diri sebagai zone of peace, freedom, and neutrality (ZOPFAN).

Secara umum, Asia Tenggara memang terhindar dari perang besar antarnegara sejak berdirinya ASEAN. Namun, sejumlah letupan sengketa membuktikan bahwa stabilitas tersebut masih rapuh:

1.Sengketa Perbatasan Thailand–Vietnam di Laut Cina Selatan pada 1970–80an.

2.Sengketa Preah Vihear (Kamboja–Thailand) yang memicu bentrokan bersenjata 2008–2011.

3.Blok Ambalat — klaim tumpang tindih Indonesia–Malaysia di Laut Sulawesi yang kembali memanas tahun 2025 akibat klaim eksplorasi migas.

4.Krisis Myanmar, yang menunjukkan keterbatasan mekanisme ASEAN menghadapi konflik internal berdampak regional.

_Keterbatasan Mekanisme ASEAN_

Faktor utama lemahnya peran ASEAN dalam meredam konflik terletak pada ASEAN Way:

Prinsip non-intervensi membuat ASEAN enggan ikut campur tanpa persetujuan semua pihak.

Keputusan berbasis konsensus memberi hak veto de facto kepada tiap negara anggota.

Tidak adanya mekanisme penyelesaian sengketa yang mengikat setara Mahkamah Internasional.

Dalam kasus Blok Ambalat, ASEAN tidak memiliki intervensi resmi, sehingga penyelesaian sepenuhnya diserahkan ke jalur diplomasi bilateral yang berisiko stagnan. Ini kontras dengan klaim kawasan damai yang proaktif.

-888-

_Retorika Inklusi vs Partisipasi Nyata_

ASEAN 2045 menekankan visi people-centred, namun implementasinya masih kabur. Partisipasi masyarakat sipil, akademisi, dan generasi muda dalam proses pengambilan keputusan hampir selalu bersifat simbolis.

Tanpa ruang dialog dan akuntabilitas, tema inklusi dan keberlanjutan hanya menjadi jargon elitis yang tak menyentuh lapisan bawah masyarakat.

_Rekomendasi Penguatan Peran ASEAN_

1.Mendirikan ASEAN Conflict Mediation Council yang bisa bertindak cepat sebelum sengketa membesar.

2.Memperkuat Treaty of Amity and Cooperation (TAC) dengan klausul penyelesaian sengketa mengikat.

3.Mendorong diplomasi preventif melibatkan think tank, universitas, dan CSO lintas negara.

4.Mengintegrasikan isu perdamaian dalam agenda keberlanjutan, bukan hanya isu ekonomi dan lingkungan.

_Kesimpulan_

ASEAN di usia 58 tahun patut berbangga karena mampu mencegah perang besar di kawasan. Namun, suaranya sering tak terdengar saat menghadapi letupan sengketa yang berpotensi memanas, seperti Blok Ambalat.

Tanpa reformasi pada ASEAN Way dan penguatan mekanisme mediasi, citra kawasan damai akan terus berada di zona mitos—indah di deklarasi, rapuh di realita.

والله اعلم بالصواب

C08082025, Tabik🙏

Referensi:

Tirto.id. (2025). Tema HUT ASEAN ke-58: Towards Inclusive & Sustainable ASEAN Future.

Hops.id. (2025). Peringatan HUT ASEAN: Inklusif dan Berkelanjutan.

Antara News. (2025). Malaysia Gelar HUT ASEAN ke-58 dengan Tema Keberlanjutan.

Mekong Institute. (2025). ASEAN Day 2025 & ASEAN Vision 2045.

Wikipedia. (2025). ASEAN. No ratings yet.

Nilai Kualitas Konten