Masyumi Stock Lama Wajah Baru

Artikel12 Dilihat

(Tantangan dan Peluang di Saat Banyak Parpol yang Terjerumus Korupsi)_

Oleh MS.Tjik.NG

*Bismillhirrahmanirrahim*

Abstrak

Partai Masyumi merupakan salah satu fenomena politik terbesar dalam sejarah perpolitikan Indonesia. Berdiri pasca kemerdekaan, partai ini memadukan aspirasi Islam dengan agenda kebangsaan, hingga pernah menjadi kekuatan politik dominan sebelum dibubarkan pada tahun 1960 oleh Presiden Sukarno.

Meski demikian, semangat dan gagasan Masyumi tidak pernah benar-benar hilang, melainkan bertransformasi ke dalam bentuk-bentuk baru, baik melalui partai-partai Islam penerus maupun dalam wacana kebangkitan kembali partai Islam yang bersih, demokratis, dan modern.

Tulisan ini menganalisis Masyumi sebagai “stock lama” dengan “wajah baru” di era kontemporer, menyoroti tantangan yang dihadapi akibat krisis integritas partai politik modern yang banyak tersangkut korupsi, sekaligus peluang yang dapat dimanfaatkan Masyumi jika mampu menghadirkan politik yang bersih dan berbasis nilai Islam rahmatan lil-‘alamin.

Kata Kunci: Masyumi, Islam politik, partai politik, korupsi, demokrasi Indonesia.

-888-

Pendahuluan

Sejarah politik Indonesia tidak bisa dilepaskan dari dinamika partai-partai Islam, terutama Masyumi (Majelis Syuro Muslimin Indonesia). Didirikan pada 7 November 1945, Masyumi tumbuh sebagai partai besar yang mengakomodasi kepentingan umat Islam dalam politik Indonesia yang baru merdeka.

Pada masa demokrasi parlementer, Masyumi menjadi salah satu partai terbesar dengan basis dukungan luas, khususnya dari kalangan santri, intelektual Muslim, dan kelompok Islam modernis.

Namun, perjalanan panjang itu berakhir ketika Presiden Sukarno membubarkan Masyumi pada 17 Agustus 1960, dengan alasan keterlibatan sebagian tokohnya dalam pemberontakan PRRI/Permesta. Sejak itu, umat Islam kehilangan wadah politik utama yang representatif, meski semangat perjuangan Masyumi terus diwariskan.

Kini, di tengah banyaknya partai politik yang terseret kasus korupsi, muncul kembali gagasan untuk menghadirkan “Masyumi baru”. Sebuah wajah lama yang diperbarui: menghidupkan kembali nilai-nilai perjuangan Islam dan integritas politik di tengah demokrasi yang dinilai penuh dengan praktik transaksional.

Sejarah Singkat Masyumi: Dari Harapan Besar ke Pembubaran

1 Latar Belakang Berdiri

Dibentuk pada 1945, sebagai wadah tunggal bagi seluruh organisasi Islam di Indonesia.

Misi: menjadikan Islam sebagai dasar etika politik, namun dalam kerangka negara kebangsaan Indonesia.

Tokoh-tokoh utama: Mohammad Natsir, Sjafruddin Prawiranegara, Mohammad Roem, Burhanuddin Harahap, Prawoto Mangkusasmito.

2 Peran Politik

Pada Pemilu 1955, Masyumi menjadi partai kedua terbesar setelah PNI, dengan perolehan suara 20,9%.

Basis kuat di wilayah perkotaan, terutama Jawa Barat, Sumatera, dan kalangan intelektual modernis.

3 Konflik Internal dan Eksternal

Terjadi ketegangan antara kelompok modernis (Muhammadiyah, Persis, dkk.) dan kelompok tradisional (NU). NU akhirnya keluar dari Masyumi tahun 1952 dan mendirikan partai sendiri.

Hubungan dengan Sukarno semakin memburuk karena Masyumi menolak Demokrasi Terpimpin.

4 Pembubaran 1960

Alasan resmi: sebagian tokoh Masyumi terlibat PRRI/Permesta.

Alasan politik: Masyumi dianggap ancaman terhadap ideologi “Nasakom” (Nasionalisme, Agama, Komunisme) yang digagas Sukarno.

Warisan Ideologis Masyumi

Meskipun dibubarkan, nilai-nilai Masyumi terus hidup, antara lain:

Islam sebagai etika politik: Islam bukan hanya agama privat, tetapi juga sumber moral dalam berpolitik.

Demokrasi konstitusional: Masyumi menolak otoritarianisme Sukarno dan mendukung sistem parlementer yang demokratis.

Integritas tokoh: Figur seperti Mohammad Natsir dikenal sederhana, jujur, dan berkomitmen tinggi terhadap moralitas politik.

Masyumi dan Politik Kontemporer: Wajah Baru yang Dinanti

Di era reformasi, semangat Masyumi berusaha dihidupkan kembali. Beberapa partai mengklaim sebagai penerus, seperti Partai Bulan Bintang (PBB) dan Partai Masyumi Reborn. Namun, daya tarik dan konsistensi mereka belum mampu mengulang kejayaan Masyumi klasik.

Wajah baru Masyumi di era sekarang ditandai dengan:

1.Narasi politik bersih: menawarkan alternatif di tengah krisis kepercayaan publik akibat maraknya korupsi parpol.

2.Islam inklusif: menegaskan Islam rahmatan lil-‘alamin, sehingga partai tidak dianggap eksklusif hanya milik satu kelompok.

3.Politik kebangsaan: menjaga keseimbangan antara identitas Islam dan komitmen terhadap NKRI serta Pancasila.

Tantangan Masyumi di Era Reformasi

1 Fragmentasi Politik Islam

Banyaknya partai Islam menyebabkan suara umat terpecah.

Ego sektoral antar organisasi Islam masih kuat.

2.Stigma Masa Lalu

Masyumi masih dianggap “partai pemberontak” oleh sebagian kalangan karena keterlibatan tokohnya dalam PRRI.

3.Dominasi Politik Uang

Sistem politik saat ini sarat biaya tinggi. Partai yang tidak punya modal besar akan sulit bersaing.

4 Persaingan dengan Parpol Besar

Partai nasionalis besar masih mendominasi, terutama PDI-P, Golkar, Gerindra.

Peluang Masyumi Wajah Baru

1.Krisis Kepercayaan Publik

Banyak parpol terjerat kasus korupsi.

Publik mendambakan partai bersih, jujur, dan berintegritas.

2 Demografi Muslim

Indonesia mayoritas Muslim (87%).

Basis dukungan potensial bagi partai Islam jika dikelola dengan cerdas.

3.Generasi Milenial dan Gen Z

Lebih kritis, religius, namun anti-korupsi.

Jika Masyumi bisa hadir dengan wajah modern, digital, dan terbuka, peluang besar terbuka.

4.Momentum Politik 2029

Setelah Pemilu 2024, publik menilai parpol yang gagal memenuhi janji.

Pemilu 2029 bisa menjadi titik balik bagi munculnya partai alternatif seperti Masyumi.

-888-

Masyumi, Korupsi, dan Harapan Politik Bersih

Data ICW: Sejak 2004, lebih dari 50% parpol di Indonesia pernah kadernya terjerat korupsi.

Kontras dengan Masyumi: Hingga kini, nama besar tokoh-tokoh Masyumi nyaris steril dari kasus korupsi.

Peluang: Jika “Masyumi baru” berhasil memposisikan diri sebagai partai anti-korupsi dengan integritas tokoh yang teruji, maka akan mendapat simpati besar.

Penutup

Masyumi adalah stock lama yang tetap relevan dalam politik Indonesia. Dengan wajah baru yang menekankan politik bersih, Islam inklusif, dan komitmen kebangsaan, Masyumi berpotensi menjadi alternatif di tengah krisis parpol modern.

Tantangan memang besar, terutama fragmentasi politik Islam dan mahalnya biaya demokrasi. Namun, jika mampu mengulang integritas moral para pendahulu seperti Mohammad Natsir, peluang Masyumi untuk kembali eksis sangat terbuka.

والله اعلم بالصواب

C23082025, Tabik 🙏

Daftar Pustaka

Boland, B. J. (1971). The Struggle of Islam in Modern Indonesia. The Hague: Martinus Nijhoff.

Feith, Herbert. (1962). The Decline of Constitutional Democracy in Indonesia. Ithaca: Cornell University Press.

Latif, Yudi. (2011). Negara Paripurna: Historisitas, Rasionalitas, dan Aktualitas Pancasila. Jakarta: Gramedia.

Noer, Deliar. (1987). Partai Islam di Pentas Nasional 1945–1965. Jakarta: Grafiti Press.

Rahmat, Imdadun. (2005). Ideologi Politik PKS: Dari Masjid Kampus ke Gedung Parlemen. Yogyakarta: LKiS.

Ricklefs, M. C. (2008). A History of Modern Indonesia Since c. 1200. Stanford: Stanford University Press.

Anshari, Endang Saifuddin. (1981). Piagam Jakarta 22 Juni 1945. Jakarta: Gema Insani Press.

Laporan ICW. (2023). Tren Penindakan Kasus Korupsi. Jakarta: Indonesia Corruption Watch. No ratings yet.

Nilai Kualitas Konten