PPP Pasca Muktamar 27 September: Konflik, Jalan Tengah Fusi 73, dan Masa Depan Politik Umat

Artikel19 Dilihat

Oleh MS.Tjik.NG

*Bismillahirrahmanirrahim*

Pendahuluan

Partai Persatuan Pembangunan (PPP) sejak lahirnya tahun 1973 melalui fusi sejumlah partai Islam memang dirancang sebagai wadah pemersatu umat Islam di ranah politik.

Namun, konflik internal yang muncul pasca-Muktamar 27 September 2025 menunjukkan bahwa tantangan bagi persatuan internal masih sangat nyata.

Muktamar yang seharusnya menjadi momentum konsolidasi pasca Pemilu 2024 justru menghasilkan dualisme kepemimpinan. Kondisi ini membuat banyak pihak khawatir, termasuk para sesepuh PPP, karena dikhawatirkan melemahkan posisi partai yang sudah berada di ambang batas parlemen.

Tulisan ini memotret dinamika konflik, gagasan jalan tengah yang ditawarkan exponen fusi 73, serta tantangan dan peluang bagi PPP agar tidak kehilangan legitimasi sebagai rumah besar umat Islam.

Sejarah & Ruh Fusi 73

1. Lahirnya PPP & Dasar Fusi

PPP dibentuk pada 5 Januari 1973 sebagai hasil penggabungan empat partai Islam: NU, Parmusi, PSII, dan Perti. Tokoh-tokoh pendirinya antara lain KH Idham Chalid, Mohammad Syafaat Mintaredja, H. Anwar Tjokroaminoto, Rusli Halil, dan Masjkur.

Dengan fusi tersebut, PPP memposisikan diri sebagai Rumah Besar Umat Islam, tempat seluruh aliran umat Islam dapat berjuang bersama di ranah politik.

2. Ruh Persatuan & Prinsip Dasar

“Ruh fusi 73” mengandung nilai persatuan di atas perbedaan. PPP lahir untuk memperkuat posisi politik umat Islam dalam sistem politik Orde Baru yang memaksa fusi partai. Meski mengalami perubahan ideologi dari asas Islam menjadi Pancasila pada 1984 — PPP tetap mempertahankan identitas Islam dan basis pemilihnya.

Peta Konflik Pasca Muktamar

1. Kronologi Muktamar

Muktamar PPP 27 September 2025 yang digelar di Jakarta memunculkan dua klaim kepemimpinan: kubu Mardiono menyatakan aklamasi sah, sementara kubu Agus Suparmanto menuding proses cacat prosedur dan melakukan sidang lanjutan. Kedua kubu melaporkan hasilnya ke Kementerian Hukum dan HAM.

2. Kericuhan & Eskalasi

Kericuhan terjadi di lokasi muktamar. Video yang beredar memperlihatkan kursi beterbangan, peserta saling dorong, dan sejumlah kader luka-luka. Kejadian ini memperburuk citra PPP di mata publik.

3. Reaksi Internal dan Eksternal

Beberapa kader senior meminta penundaan pengesahan hasil muktamar. Pemerintah menyatakan tidak akan mengintervensi tetapi mendorong penyelesaian melalui AD/ART dan mekanisme hukum.

4. Dampak Langsung

Konflik ini memperburuk citra PPP yang sudah menurun elektabilitasnya. Basis pemilih di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Banten terancam terpecah.

Konsep Jalan Tengah dari Exponen Fusi 73

1. Siapa Exponen Fusi 73

Mereka adalah tokoh-tokoh senior, ulama, dan sesepuh yang pernah terlibat langsung dalam fusi 1973. Meski sebagian besar sudah sepuh, pengaruh moral mereka masih kuat dan sering dimintai nasihat saat terjadi krisis.

2. Esensi Jalan Tengah

Jalan tengah yang ditawarkan meliputi:

Menjaga AD/ART dan mekanisme organisasi.

Mengutamakan islah (rekonsiliasi) sebelum melibatkan pengadilan.

Menghidupkan kembali ruh fusi sebagai payung persatuan umat.

3. Kelebihan Jalan Tengah

Jalan tengah dapat meredakan ketegangan, mencegah perpecahan permanen, dan mengembalikan martabat PPP.

4. Tantangan Jalan Tengah

Kubu yang merasa menang mungkin enggan berkompromi, sementara kepentingan politik jangka pendek dapat menghambat proses islah.

Analisis Kritis

1. Legitimasi Klaim

Kubu Mardiono mengklaim aklamasi sah sesuai tata tertib. Kubu Agus Suparmanto menolak hasil tersebut dan menggelar sidang lanjutan. Mahkamah Partai menjadi penentu final sebelum pengesahan pemerintah.

2. Realisme Jalan Tengah

Jalan tengah hanya efektif jika kedua kubu mau duduk bersama. Pengalaman konflik PPP sebelumnya menunjukkan rekonsiliasi bisa berhasil bila ada tekanan politik dan mediator netral.

3. Faktor Eksternal

Konflik diperburuk oleh dinamika koalisi pemerintahan, persiapan Pilkada 2024–2027, dan sorotan media yang menurunkan kepercayaan publik.

4. Perbandingan dengan Partai Islam Lain

PKS lebih solid karena mekanisme syura ketat. PAN beberapa kali alami dualisme tetapi cepat diselesaikan. PPP sering terjebak konflik karena basis fusi heterogen.

Implikasi & Prognosis

1. Implikasi terhadap Citra Partai

Konflik memperburuk citra PPP dan berpotensi membuat pemilih tradisional beralih ke partai lain.

2. Posisi Koalisi

PPP berisiko melemah di parlemen jika fraksi terbelah.

3. Skenario Masa Depan

Rekonsiliasi: Skenario terbaik, menjaga kesatuan partai.

Perpecahan: Berisiko membuat PPP gagal lolos parlemen.

Restrukturisasi: Regenerasi kepemimpinan melalui figur netral.

4. Rekomendasi

Mediasi exponen fusi 73, transparansi AD/ART, percepatan kaderisasi, dan edukasi publik penting dilakukan.

Kesimpulan & Penutup

Konflik pasca Muktamar 27 September menegaskan bahwa PPP masih diuji konsistensinya sebagai rumah besar umat Islam.

Exponen fusi 73 menjadi kunci untuk menghidupkan kembali semangat persatuan. Tanpa rekonsiliasi, PPP berisiko kehilangan relevansi dan basis pemilihnya. Namun, jika berhasil berdamai, momentum ini bisa menjadi titik balik kebangkitan partai.

والله اعلم بالصواب

C30092025, Tabik 🙏

Daftar Pustaka:

Ashari, M. Arif. (2020). Sejarah Fusi Partai Islam Menjadi PPP. Eprints Walisongo.

CNN Indonesia. (2025). Dualisme PPP: Hasil Muktamar Ancol Mardiono vs Agus Suparmanto.

DetikNews. (2025). Muktamar PPP Diwarnai Kericuhan, Mardiono: Ada yang Mau Paksakan Kehendak.

Media Indonesia. (2025). Dualisme PPP Tunjukkan Krisis Internal Serius.

Sindonews. (2025). PPP Terbelah, Yusril: Pemerintah Tidak Akan Mengintervensi.

Hidayat, Komaruddin. (2019). Politik Umat di Era Reformasi: Studi Kasus PPP dan PKS.

Liddle, R. William. (2018). Parties and Political Change in Indonesia.

Mujani, Saiful dkk. (2023). Tren Elektoral Partai Islam di Indonesia Pasca Reformasi. No ratings yet.

Nilai Kualitas Konten