Acil Pergi, Bimbo Berduka, Indonesia Kehilangan

Artikel36 Dilihat

Flamboyan itu berguguran, Melati dari Jayagiri semerbak mewangi mengitari tempat peristirat terakhir, dalam kesendirian_

MS.Tjik.NG

*Bimillahirrahmanirrahim*

_Innalillahi Wainna Ilaihi Rajiun_

Pendahuluan.

Kabar wafatnya Acil Bimbo pada usia 82 tahun menjadi duka mendalam bagi bangsa Indonesia. Acil bukan sekadar seorang penyanyi, melainkan ikon budaya yang ikut membentuk identitas musik nasional. Bersama Bimbo, ia menghadirkan lagu-lagu yang menyejukkan jiwa, penuh makna spiritual, dan abadi dalam ingatan kolektif masyarakat.

Kepergiannya meninggalkan jejak panjang tentang pentingnya musik sebagai sarana dakwah, kritik sosial, dan perekat kebangsaan. Tulisan ini mencoba mengenang jasa-jasa almarhum, menelusuri kiprah Bimbo, serta merefleksikan makna kultural dari karya-karya mereka.

-888-

Biografi Singkat Acil Bimbo

Acil, bernama lengkap Samsudin Hardjakusumah, lahir di Bandung tahun 1943. Ia tumbuh dalam keluarga yang mencintai musik. Bersama kakaknya Sam Bimbo (Syamsudin) dan adiknya Jaka Bimbo (Jaka Prawira), serta personel lainnya, mereka membentuk kelompok musik yang kelak dikenal dengan nama Bimbo.

Sejak awal, Acil dikenal sebagai sosok bersuara khas. Karakternya berbeda dengan Sam dan Jaka, sehingga harmoni vokal Bimbo terdengar unik dan tidak tertandingi. Selain itu, Acil dikenal rendah hati, humoris, dan sangat religius.

Sejarah Bimbo: Dari Bandung ke Panggung Nasional

Bimbo lahir pada era 1960-an di Bandung. Awalnya mereka membawakan lagu-lagu Barat dengan gaya folk. Namun kemudian, atas dorongan seniman dan penyair, mereka beralih pada karya-karya yang lebih “Indonesia”.

Kolaborasi dengan tokoh-tokoh seperti Taufiq Ismail membuat Bimbo menempuh jalur baru: musik yang sarat makna, syair bernuansa sastra, dan pesan religius yang kuat. Lagu-lagu seperti Tuhan, Ada Anak Bertanya pada Bapaknya, dan Puasa menjadi tonggak penting perjalanan musik Indonesia.

Bimbo dan Dakwah Melalui Musik

Salah satu jasa besar Bimbo adalah membawa nilai-nilai dakwah Islam ke dalam musik populer. Di saat banyak musisi mengejar pasar, Bimbo tampil dengan kesederhanaan, namun kaya makna.

Acil bersama Bimbo memperkenalkan musik Ramadhan yang kemudian menjadi tradisi setiap tahun. Lagu-lagu mereka diputar di televisi dan radio, mengiringi umat Islam menyambut bulan suci. Dengan cara itu, Bimbo berhasil menyatukan seni dan spiritualitas.

Dimensi Sosial dan Politik dalam Lagu Bimbo

Bimbo tidak hanya bernyanyi tentang Tuhan dan Ramadhan. Mereka juga menyuarakan kritik sosial dan politik dengan cara halus. Lagu Balada Seorang Biduan atau Selamat Datang Pahlawan Muda misalnya, menjadi refleksi kondisi bangsa.

Pada masa Orde Baru, keberanian ini sangat berarti. Mereka menyuarakan kebenaran tanpa harus frontal. Inilah seni dakwah yang cerdas: mengingatkan, namun tetap diterima.

Acil sebagai Sosok Pribadi

Di balik panggung, Acil dikenal sederhana. Ia tidak pernah larut dalam gemerlap dunia hiburan. Ia lebih memilih hidup tenang bersama keluarga.

Kedekatannya dengan masyarakat membuat Acil dicintai banyak orang. Bagi teman-temannya, ia adalah pribadi yang hangat dan penuh humor. Bagi penggemar, ia adalah suara yang menenangkan.

Peran Bimbo dalam Budaya Nasional

Bimbo adalah fenomena budaya. Mereka bukan sekadar grup musik, tetapi juga ikon nasional. Lagu-lagu mereka mengisi ruang keluarga, sekolah, masjid, hingga gedung pertunjukan.

Acil adalah bagian tak terpisahkan dari ikon itu. Suaranya menjadi pengikat harmoni Bimbo. Tanpa Acil, tidak ada Bimbo sebagaimana kita kenal.

Perspektif Musikologi: Kekhasan Suara Acil

Dalam analisis musikologi, suara Acil memiliki timbre yang khas. Ia mampu mengisi ruang harmoni dengan kelembutan sekaligus kekuatan.

Kombinasi ini membuat harmoni Bimbo terdengar “sakral”. Lagu-lagu mereka menjadi lebih mendalam bukan hanya karena syairnya, tetapi juga karena kualitas vokal yang menyatu sempurna.

Perjalanan Spiritualitas

Acil dan Bimbo adalah representasi perjalanan spiritualitas bangsa. Mereka mengajarkan bahwa musik bisa menjadi jalan menuju Tuhan.

Setiap Ramadhan, suara mereka adalah pengingat. Lagu-lagu mereka menjadi doa kolektif umat. Di sinilah letak kekuatan spiritual warisan Acil.

Bab 10

Reaksi Nasional dan Duka Kolektif

Wafatnya Acil langsung mendapat perhatian luas. Media nasional menyiarkan kabar duka, sementara masyarakat ramai mengenang peran beliau.

Ungkapan belasungkawa datang dari pejabat negara, seniman, hingga masyarakat biasa. Semua sepakat bahwa bangsa kehilangan sosok penting dalam musik dan kebudayaan.

-888-

Analisis Kritis: Posisi Acil dan Bimbo dalam Musik Indonesia

Dalam sejarah musik Indonesia, Bimbo adalah pelopor musik religius modern. Mereka membuktikan bahwa seni bisa menyatu dengan dakwah.

Acil memainkan peran penting dengan suaranya yang khas. Ia bukan sekadar penyanyi, tetapi bagian dari konstruksi budaya bangsa. Kepergiannya meninggalkan kekosongan besar.

Warisan Kultural: Dari Lagu ke Identitas Bangsa

Warisan Acil bukan hanya lagu, tetapi juga identitas kultural. Ia meninggalkan tradisi musik religius yang menjadi ciri khas Indonesia.

Setiap kali umat Islam merayakan Ramadhan, warisan ini hadir kembali. Dengan begitu, Acil akan selalu hidup dalam tradisi bangsa.

Mengenang Acil: Inspirasi bagi Generasi Muda

Generasi muda perlu belajar dari Acil: kesederhanaan, konsistensi, dan keteguhan pada nilai.

Musik hari ini banyak yang dangkal dan komersial. Namun warisan Acil mengingatkan, musik bisa menjadi jalan pencerahan.

Penutup: Doa dan Harapan

Kini, Acil telah pergi. Namun suaranya tetap hidup.

Bangsa ini kehilangan, tetapi juga beruntung pernah memiliki. Kita berdoa agar Allah SWT menerima amal ibadahnya, menempatkannya di sisi terbaik, dan memberikan ketabahan pada keluarga.

Acil pergi, Bimbo berduka, Indonesia kehilangan.

Acil tidak hanya dikenal tapi akan dikenang.

والله اعلم بالصواب

C02092025, Tabik🙏

Daftar Pustaka

Ismail, Taufiq. Puisi dan Musik: Kolaborasi Bimbo. Jakarta: Pustaka Jaya, 1995.

Mutmainnah, Siti. “Musik Religi Populer di Indonesia: Studi Kasus Bimbo.” Jurnal Seni dan Budaya, Vol. 12, No. 2 (2010).

Pranoto, Bambang. Musik, Dakwah, dan Identitas Nasional. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004.

Tempo.co. “Acil Bimbo Wafat di Usia 82 Tahun.” Diakses 2 September 2025.

Kompas.com. “Jejak Perjalanan Musik Bimbo.” Diakses 2 September 2025. 5/5 (1)

Nilai Kualitas Konten