In Memoriam: Kwik Kian Gie, Sang Ekonom- Nasionalis yang Berani Bicara

Artikel32 Dilihat

MS.Tjik.NG

_”Lebih baik mundur, daripada menyakiti rakyat dengan kebijakan yang tidak saya yakini” (Kwik Kian Gie)_

*Bismillahirrahmanirrahim*

_Pendahuluan:_

Ketika Ekonomi Tak Lagi Soal Angka

Dalam dunia yang sering menjadikan angka sebagai ukuran segalanya pertumbuhan, surplus, investasi, atau utang nama Kwik Kian Gie hadir sebagai oase yang mengingatkan kita bahwa ekonomi sejatinya adalah soal keberpihakan.

Di tengah pusaran neoliberalisme dan dominasi kekuatan modal, beliau berdiri tegak dengan prinsip: “Ekonomi harus berpihak pada manusia, bukan sebaliknya.”

Kepergian Kwik Kian Gie bukan hanya kehilangan bagi dunia ekonomi Indonesia, tetapi juga kehilangan seorang nasionalis yang berani berbicara ketika banyak diam, dan berani mundur ketika banyak berlomba untuk duduk di kursi kekuasaan.

_Jejak Awal: Anak Bangsa dari Minoritas yang Tegak Berdiri_

Kwik Kian Gie lahir pada 11 Januari 1935 di Jakarta dari keluarga Tionghoa peranakan. Latar belakang minoritas tak membuatnya surut dalam mencintai negeri ini. Ia menempuh pendidikan ekonomi di Universitas Oregon, Amerika Serikat, dan kemudian melanjutkan di Nederlands Economische Hogeschool di Rotterdam, Belanda.
Beliau wafat, pergi untuk selamanya pada tanggal 28 Juli 2025.

Saat banyak ekonom Indonesia terjebak dalam jargon teknokratis, Kwik tampil dengan narasi yang membumi. Ia tak hanya cakap dalam kalkulasi, tapi juga dalam menyampaikan pemikiran yang menyentuh nalar dan nurani.

Dari Kampus ke Kabinet: Ilmuwan yang Tak Kehilangan Nurani

Sebelum masuk politik, Kwik adalah akademisi, penulis, dan pendidik. Ia mendirikan Kwik Kian Gie School of Business sebagai manifestasi komitmennya untuk membangun generasi muda yang berpikir kritis dan etis dalam ekonomi.

Karier politiknya mencuat saat ia menjadi anggota DPR dan tokoh utama dalam Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Ia dipercaya menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan, dan Industri (Menko Ekuin) di era Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur), dan kemudian sebagai Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) di era Presiden Megawati Soekarnoputri.

Namun, tak seperti banyak pejabat lain, Kwik tidak mencari kekuasaan untuk kepentingan pribadi. Ia rela mundur ketika kebijakan yang diambil tidak lagi sesuai nuraninya. Dalam satu pernyataannya, ia mengatakan:

_”Saya tidak bisa bekerja kalau hati saya menolak. Saya lebih baik mundur daripada menyakiti rakyat dengan kebijakan yang tidak saya yakini.”_

_Kritik Tajam terhadap IMF dan Pasar Bebas_

Salah satu momen paling monumental adalah ketika ia secara terbuka mengkritik keras intervensi IMF dalam krisis ekonomi 1997–1998. Ia melihat bahwa resep IMF justru memperparah penderitaan rakyat dan melemahkan kedaulatan ekonomi nasional.

Dalam banyak tulisan dan wawancaranya, ia menyebut IMF sebagai “dokter yang salah diagnosis dan salah obat”.

Kwik juga menolak privatisasi besar-besaran BUMN dan memperingatkan bahaya dominasi asing dalam sektor-sektor strategis. Baginya, ekonomi bukan sekadar pertumbuhan, tetapi keadilan dan kemandirian.

-888-

_Rendah Hati, Bersahaja, dan Tak Tergoda Kekuasaan_

Meski pernah memegang jabatan tinggi, Kwik tetap hidup sederhana. Ia tak pernah pamer kekayaan atau mengejar popularitas. Ia lebih nyaman menyendiri, membaca, menulis, dan berbicara bila perlu. Ia bukan sosok yang suka tampil, tapi ketika berbicara, kata-katanya menggugah logika dan moral.

Gaya bicaranya tenang namun dalam. Ia tak menyerang, tapi menyentil. Ia tak menggurui, tapi mengajak berpikir. Inilah yang membuatnya dihormati, bahkan oleh mereka yang tak sepaham dengannya.

_Warisan Pemikiran dan Teladan Moral_

Kwik Kian Gie meninggalkan banyak warisan intelektual: buku, artikel, pidato, dan wawancara yang bisa dibaca ulang oleh generasi kini dan nanti. Namun lebih dari itu, ia meninggalkan teladan moral—bahwa menjadi pejabat, ekonom, atau politisi tidak harus kehilangan hati nurani.

Warisan terbesarnya adalah keberanian untuk berkata “tidak” kepada kekuasaan, dan “ya” kepada suara rakyat. Dalam zaman ketika banyak orang takut bicara, Kwik tetap berdiri di jalurnya.

_Penutup_

Sebuah Warisan yang Tak Lekang oleh Zaman

“In memoriam” atas kepergian Kwik Kian Gie bukan sekadar mengenang orang besar, tapi juga menghidupkan kembali gagasan-gagasan berani dan jernih yang pernah ia suarakan. Ia telah menunjukkan kepada kita bahwa menjadi ekonom bukan hanya soal angka, tetapi soal keadilan. Bahwa menjadi nasionalis bukan hanya soal simbol, tetapi soal keberanian berpihak.

Indonesia kehilangan salah satu putra terbaiknya. Tapi gagasannya akan terus hidup—di ruang kelas, di forum kebijakan, dan di hati rakyat yang masih percaya bahwa ekonomi bisa manusiawi, dan politik bisa bermoral.

Saat bangsa ini dikelilingi oleh kebisingan politik, pengambilan keputusan berbasis transaksi dan kehilangan arah dalam ekonomi yang semakin dikuasai segelintir elite, warisan Kwik Kian Gie menjadi cahaya moral yang patut dinyalakan kembali.

Kita butuh lebih banyak ekonom yang tak hanya memikirkan tentang pasar dan angka, tapi juga tentang keadilan dan keberpihakan.
Kita butuh banyak pejabat yang berani mundur ketika kebijakan menyimpang dari nurani. Dan kita lebih banyak butuh warga negara seperti Kwik Kian Gie yang tenang tapi menghanyutkan, kritis tapi santun, sederhana tapi berisi.

Kwik telah menunjukkan bahwa berbicara demi rakyat bukanlah tindakan politis melainkan amanah moral. Dan untuk itu bangsa ini berutang rasa hormat dan apresiasi yang mendalam.

والله اعلم بالصواب

C29072025, Tabik🙏

Referensi :

Kwik Kian Gie. Pasar Tidak Pernah Netral, Kompas 2004

Kompas.com, “Saya Tak Mau Lagi Dihina Karena Kritik Pemerintah, 2019

Detik.com ‘Kwik dan Kritik Terhadap Oligarki, 2020

Wawancara Najwa Shihab – Narasi TV , You Tube 2021.

Twitter pribadi @kiagiekwik

Catatan akhir:
Artikel ini didedikasikan untuk mengenang jejak seorang pejuang nalar dan nurani, Kwik Kian Gie (1935–2025) ekonom, nasionalis, dan guru bangsa yang berpulang, tapi tak pernah benar-benar pergi. No ratings yet.

Nilai Kualitas Konten