Indonesia 2030: Antara Peringatan Prabowo dan Bayang-Bayang Disintegrasi

Artikel27 Dilihat

Bismillahirrahmanirrahim*

Pada tahun 2018, Prabowo Subianto — yang saat itu merupakan Ketua Umum Partai Gerindra dan Ketua Umum HKTI menggemparkan publik dengan pernyataannya bahwa “Indonesia bisa bubar tahun 2030.”

Ucapan ini langsung menuai kontroversi. Banyak yang menilai pernyataan tersebut pesimistis, bahkan melemahkan semangat kebangsaan. Namun ketika ditelusuri lebih jauh, maksud Prabowo ternyata bukan untuk menakut-nakuti, melainkan memberikan peringatan serius.

Ia mengutip dari novel fiksi geopolitik berjudul Ghost Fleet karya dua analis militer Amerika Serikat, P.W. Singer dan August Cole. Dalam novel itu, Indonesia digambarkan sebagai negara yang runtuh akibat ketimpangan sosial, konflik internal, korupsi sistemik, dan intervensi asing. Meski fiksi, isi buku tersebut merupakan skenario strategis berdasarkan kajian mendalam tentang kerentanan negara-negara berkembang di abad ke-21.

_Peringatan Bukan Prediksi_

Prabowo sudah menegaskan: pernyataan tersebut bukan ramalan, tapi warning. Dalam pandangannya, jika Indonesia tidak segera memperbaiki tata kelola pemerintahan, menghapus korupsi, memperkuat ketahanan nasional dan keadilan sosial, maka ancaman disintegrasi bisa saja menjadi kenyataan.

Apa yang disampaikan Prabowo adalah bentuk early warning system yang dalam ilmu geopolitik disebut sebagai scenario-based alert.

“Kalau kita tidak berubah, kita akan tenggelam, kita bisa bubar,” kata Prabowo, menggarisbawahi bahwa bangsa yang besar pun bisa runtuh bila dibiarkan korup dan terpecah.

_Realitas Nasional Hari Ini_

Kini tahun 2025, hanya lima tahun menjelang 2030. Indonesia masih berdiri, tetapi juga menghadapi tantangan-tantangan serius yang seolah menjadi pembenaran dari peringatan tersebut:

Ketimpangan Ekonomi: Masih tingginya jurang antara si kaya dan si miskin. Data dari BPS tahun 2024 mencatat indeks Gini Ratio Indonesia berada di angka 0,389 — menunjukkan ketimpangan yang mengkhawatirkan.

_Korupsi Sistemik:_

Transparency International menempatkan Indonesia pada skor 34/100 dalam indeks persepsi korupsi 2023, turun dari tahun sebelumnya.

Polarisasi Politik dan Sosial: Fragmentasi masyarakat akibat politik identitas masih kuat terasa. Media sosial memperparah sekat antar kelompok.

Ancaman Disintegrasi dan Separatisme: Masalah Papua, potensi konflik horizontal, serta meningkatnya gerakan sektarian menunjukkan bahwa kohesi sosial kita rapuh.

_Antara Pesimisme dan Patriotisme_

Sebagian kalangan menganggap Prabowo terlalu pesimistis. Namun dalam tradisi militer dan intelijen, pesimisme adalah bentuk kesiapsiagaan. Negara seperti Singapura atau Israel tidak pernah merasa aman — justru karena itu mereka selalu siaga. Mungkin, inilah yang ingin ditanamkan oleh Prabowo: mental siaga nasional.

Pernyataannya tidak bisa dibaca secara literal. “Bubar” di sini bisa dimaknai sebagai kehilangan jati diri, kehilangan arah, atau negara gagal (failed state). Dan kita tahu, negara tidak bubar dalam satu malam. Ia rapuh perlahan dari dalam: oleh korupsi, ketidakadilan, dan kebodohan kolektif.

Menuju 2030: Momentum Perubahan atau Titik Kritis?

Jika kita menanggapi peringatan ini dengan serius, maka tahun 2030 bisa menjadi momentum kebangkitan nasional — bukan kehancuran. Tetapi jika diabaikan, bukan mustahil “hantu” dari Ghost Fleet menjelma jadi realitas.

Peringatan itu seharusnya menjadi cambuk, bukan cambukan. Indonesia butuh pemimpin yang tidak sekadar menggugah emosi rakyat dengan jargon, tapi yang bisa memperbaiki sistem dari akar-akarnya. Kita butuh sinergi: antara negara, rakyat, TNI, dan sipil untuk menyelamatkan Republik dari jebakan sejarah.

_”ndonesia tidak akan bubar jika rakyatnya terus bersatu dan para pemimpinnya sadar bahwa waktu kita tidak banyak”._

“ASEAN ingatkan Indonesia bisa bubar 2030 jika utang tak terkendali. Awas akan seperti Srilanka”

Peringatan tajam datang dari lingkup ASEAN terhadap fiskal Indonesia dalam laporan tahunan ASEAN+3 Macroeconomic Research Office (AMRO), disebutkan bahwa rasio utang pemerintah Indonesia terhadap Produk Domistik Bruto (PDB) berpotensi menembus 42 persen pada tahun 2029, sebuah lonceng peringatan yang tidak bisa diabaikan. 3/8/2025 (Update Nusantara)

Alarm peringatan sesungguhnya dia berproses, tidak datang dadakan, juga tida menjelma tiba-tiba dan kini semakin dekat menari-nari di ujung mata.

_Penutup_

Sebagai bangsa besar kita sudah ditempa ratusan tahun melawan kolonial dan para pejuang kenerdekaan serta para pahlawan bangsa
tak pernah menyerah dan putus asa.

Ketika mereka pejuang merasa getir pahitnya keidupan di masa-masa sulit namun tetap tegar bersama rakyat, bersatu dalam suka dan duka rakyat sipil oun setia dan rela berkorban, itu karena pemimpinnya memang pantas untuk diteladani dan diikuti.

Sekarang beda 180° berbalik dan berubah terkena imbas Shock Future
kecenderungan untuk berburu kekuasaan bukan menebar pengabdian memperkaya diri sendiri dan golongan, Pancasila bermetamorfosis menjadi Pancagila. Bukan untuk menyelamatkan dan memajukan Negara dan Bangsa.

والله اعلم بالصواب

03082025, Tabik🙏

Referensi :

– Singer, P.W.& Cole , August. Ghost Fleet. A.Novel of the Next World war . Houghton Miffin Harcout. 2015

– Prabowo Subianto. Pernyataan dalam forum Himpunan Kerukunan Tani (HKTI), Jakarta
2018.
– CNN Indonesia “Prabowo Indonesia bisa bubar 2030″ 19 Maret 2018.
– Badan Pusat Statitik BPS ” Profil Kemiskinan dan Ketimpangan Sosial Ekonomi Indonesia 2023- 2024″.
– Transparancy Internasional Corruption Perceptions Index (CPI) 2023.
– World Bank. Indonesia Economic Prospect Raport 2924.
– BPIP “Kajian Ketahan Ideologi Pancasila dan Tantangan Disintegrasi Bangsa” ( Laporan Khusus), 2022.
– Undang-Undang Tentang Pertahan No.3 tahun 2002 Tentang Pertahan Negara.
No ratings yet.

Nilai Kualitas Konten