Membentengi Republik Dari Serbuan dan Ancaman Neo-Komunisme

Artikel37 Dilihat

( Pancasila Telah Teruji dan Terbukti Sakti, 1 Oktober 1965)_

Oleh MS.Tjik.NG

*Bismillahirrahmanirrahim*

Pendahuluan

Hari Kesaktian Pancasila yang diperingati setiap tanggal 1 Oktober menjadi momentum refleksi sejarah sekaligus kebangkitan kesadaran nasional.

Peristiwa kelam 1965 menunjukkan bagaimana ancaman ideologi komunis pernah mengguncang fondasi bangsa. Namun, sejarah tidak berhenti di sana. Dalam konteks abad ke-21, ideologi komunisme tidak lagi hadir dengan wajah klasik, melainkan muncul dalam bentuk baru yang lebih halus, disebut sebagai Neo-Komunisme.

Neo-Komunisme ini bukan sekadar gerakan politik yang menentang Pancasila secara frontal, tetapi lebih pada infiltrasi melalui dimensi geoekonomi, geopolitik, budaya, hingga digital. Karena itu, upaya menangkisnya tidak cukup hanya memperkuat ideologi Pancasila, melainkan juga membangun ketahanan nasional yang utuh, meliputi politik, ekonomi, sosial budaya, serta pertahanan-keamanan.

Artikel ini bertujuan membahas ancaman Neo-Komunisme dalam perspektif geoekonomi dan geopolitik global, serta merumuskan strategi untuk menjaga keutuhan NKRI di tengah perubahan dunia.

Kajian Teoretis: Neo-Komunisme dalam Konteks Global

Secara konseptual, komunisme klasik berbasis pada teori Karl Marx mengenai perjuangan kelas. Namun, Neo-Komunisme berkembang dengan wajah baru yang lebih fleksibel.

Menurut Fukuyama (1992), pasca Perang Dingin dunia mengalami euforia demokrasi liberal, tetapi sejarah membuktikan bahwa ideologi-ideologi lama tidak benar-benar mati, melainkan bertransformasi.

Karakteristik Neo-Komunisme:

1.Tidak frontal, tetapi subtil masuk melalui isu HAM, kesetaraan, lingkungan, dan populisme.

2.Memanfaatkan demokrasi menggunakan mekanisme politik demokratis untuk melemahkan demokrasi itu sendiri.

3.Menggunakan jalur ekonomi berupa intervensi investasi, ketergantungan impor, serta dominasi teknologi.

4.Menyusup lewat digitalisasi media sosial, propaganda siber, dan gerakan akar rumput yang tampak natural.

Dengan demikian, Neo-Komunisme lebih berbahaya karena sulit dikenali secara kasat mata.

Geoekonomi Global: Lahan Subur Neo-Komunisme

Geoekonomi adalah penggunaan instrumen ekonomi untuk mencapai tujuan geopolitik. Indonesia sebagai negara kaya sumber daya alam menjadi target kepentingan global.

1.Ketergantungan Impor pangan, energi, dan teknologi yang masih tinggi membuat Indonesia rentan intervensi.

2 Hegemoni Ekonomi Negara Besar Tiongkok dengan state capitalism-nya, Amerika Serikat dengan corporate capitalism, keduanya bisa mengandung muatan ideologi.

3.Monopoli Teknologi platform digital global bisa menjadi saluran penyebaran ideologi halus.

4 Utang dan Investasi jika tidak dikelola dengan prinsip kedaulatan, bisa menjadi instrumen kontrol.

Dari perspektif ini, Neo-Komunisme bukan hanya ancaman ideologi, tetapi juga ancaman terhadap ketahanan ekonomi nasional.

-888-

Geopolitik Global: Indonesia di Tengah Tarik-Menarik Kekuatan

Indonesia berada di kawasan strategis Indo-Pasifik, yang kini menjadi ajang rivalitas antara Amerika Serikat, Tiongkok, Rusia, dan sekutu mereka.

AS mendorong demokrasi liberal dan kapitalisme terbuka.

Tiongkok mengedepankan model komunisme modern berbasis ekonomi pasar yang dikontrol negara (socialism with Chinese characteristics).

Rusia menggabungkan otoritarianisme dengan pengaruh ekonomi-politik kawasan.

Indonesia berada dalam posisi rawan dijadikan arena proxy war, di mana Neo-Komunisme bisa menyusup melalui kerja sama ekonomi, militer, maupun diplomasi.

-888-

Dimensi Ketahanan Nasional

Untuk menangkis serbuan dan ancaman Neo-Komunisme, ketahanan menyeluruh. Menurut Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas), ketahanan nasional mencakup:

1.Ketahanan Ideologi memastikan Pancasila hidup dalam praktik sosial-politik, bukan hanya slogan.

2.Ketahanan Politik membangun demokrasi yang substantif, menutup celah kooptasi ideologi asing.

3.Ketahanan Ekonomi kemandirian pangan, energi, dan teknologi digital.

4.Ketahanan Sosial-Budaya menjaga jati diri bangsa di tengah arus globalisasi.

5 Ketahanan Pertahanan dan Keamanan TNI-Polri adaptif menghadapi ancaman non-konvensional, termasuk perang siber.

Analisis Ancaman Neo-Komunisme dalam Konteks Ketahanan Nasional

1 Ideologi melemahnya pendidikan Pancasila membuka celah propaganda ideologi alternatif.

2.Ekonomi dominasi asing dalam pangan dan teknologi digital berpotensi menciptakan ketergantungan struktural.

3 Politik maraknya politik identitas dan oligarki bisa dimanfaatkan Neo-Komunisme untuk meraih simpati kelas menengah-bawah.

4.Sosial-Budaya gempuran budaya global dapat menurunkan daya tahan masyarakat terhadap nilai-nilai Pancasila.

5.Pertahanan-Keamanan ancaman perang siber, propaganda digital, dan proxy war dapat melemahkan keutuhan NKRI.

-888-

Strategi Menangkal Serbuan dan Ancaman Neo-Komunisme

1.Penguatan Ideologi Pancasila revitalisasi pendidikan karakter, literasi digital, dan gerakan kebudayaan.

2 Kemandirian Ekonomi Nasional – hilirisasi SDA, ketahanan pangan, energi terbarukan, dan ekonomi digital berbasis lokal.

3.Diplomasi Geopolitik Adaptif – politik luar negeri bebas-aktif, menjaga keseimbangan di tengah rivalitas global.

4.Ketahanan Sosial-Budaya membangun kesadaran kolektif, narasi kebangsaan di ruang publik dan digital.

5.Reformasi Pertahanan & Keamanan memperkuat cyber defense, kontra-propaganda, serta kesiapsiagaan menghadapi ancaman non-konvensional.

Penutup

Ancaman Neo-Komunisme di era globalisasi bukanlah mitos, melainkan realitas yang hadir dalam bentuk baru: halus, subtil, dan multidimensi. Dalam perspektif geoekonomi dan geopolitik global, ancaman ini bisa melemahkan kedaulatan nasional bila bangsa ini tidak memiliki ketahanan yang kuat.

Menangkal Neo-Komunisme tidak cukup dengan menggaungkan Pancasila secara retorik. Yang lebih penting adalah membumikan nilai Pancasila dalam ekonomi, politik, sosial budaya, pertahanan, dan keamanan. Dengan begitu, Indonesia tidak hanya selamat dari infiltrasi ideologi, tetapi juga berdiri kokoh sebagai bangsa yang berdaulat, adil, dan makmur.

Pancasila perekat bangsa
menuju Indonesia .

والله اعلم بالصواب

C29092026, Tabik 🙏

Daftar Pustaka (Contoh)

Fukuyama, F. (1992). The End of History and the Last Man. New York: Free Press.

Huntington, S. P. (1996). The Clash of Civilizations and the Remaking of World Order. New York: Simon & Schuster.

Lemhannas RI. (2020). Ketahanan Nasional di Era Globalisasi. Jakarta: Lemhannas.

Nye, J. S. (2004). Soft Power: The Means to Success in World Politics. New York: Public Affairs.

Soemitro, R. (2018). Geopolitik dan Ketahanan Nasional. Jakarta: UI Press. No ratings yet.

Nilai Kualitas Konten