Indonesia dan Pakta Pertahanan Islam: Strategi Geopolitik Menuju Poros Dunia Muslim

Artikel117 Dilihat

0leh MS.Tjik.NG

Bismillahirrahmanirrahim

Pendahuluan

Dunia sedang menghadapi turbulensi geopolitik yang makin kompleks: perang Ukraina-Rusia, ketegangan di Laut Cina Selatan, konflik di Timur Tengah, dan kebangkitan poros kekuatan baru.

Di tengah dinamika ini, muncul kembali wacana pembentukan “Pakta Pertahanan Islam” sebuah aliansi pertahanan kolektif di antara negara-negara mayoritas Muslim yang berfungsi seperti NATO. Gagasan ini tidak hanya relevan, tetapi juga strategis, terutama bagi Indonesia sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia.

Artikel ini menganalisis posisi Indonesia dalam wacana tersebut, peluang untuk mengambil peran kepemimpinan, dan implikasinya bagi keamanan regional ASEAN serta dunia Islam secara keseluruhan, lengkap dengan data dan perbandingan global untuk membangun analisis komprehensif.

Konteks Geopolitik

Dinamika Global

Konstelasi politik global saat ini ditandai oleh pergeseran menuju multipolaritas. Dominasi unipolar Amerika Serikat mulai ditantang oleh Tiongkok, Rusia, dan poros BRICS. Militer NATO memiliki sekitar 3,5 juta personel aktif dengan anggaran pertahanan gabungan lebih dari USD 1,2 triliun per tahun (NATO, 2023).

Sebaliknya, negara-negara OKI memiliki gabungan anggaran militer sekitar USD 300 miliar dengan jumlah personel lebih dari 7 juta (SIPRI, 2024). Namun, belum ada koordinasi strategis kolektif.

Kondisi ini menjadikan dunia Islam rentan menjadi arena proxy war, seperti terlihat pada konflik Suriah, Yaman, dan invasi Israel ke Gaza. Mekanisme pertahanan kolektif menjadi kebutuhan mendesak agar kepentingan dunia Islam tidak selalu ditentukan kekuatan eksternal.

Kebangkitan Identitas Politik Islam

Selain faktor geopolitik, kebangkitan identitas Islam sebagai kekuatan transnasional menjadi dorongan lain. Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) yang beranggotakan 57 negara selama ini lebih berfokus pada diplomasi politik dan kemanusiaan (OKI Annual Report, 2023).

Pembentukan Pakta Pertahanan Islam akan menjadi lompatan kuantum: dari sekadar forum deklarasi menjadi instrumen kolektif yang memiliki kapasitas pertahanan nyata.

Posisi Indonesia

Indonesia adalah negara dengan kekuatan militer terbesar di ASEAN dengan sekitar 400 ribu personel aktif, anggaran pertahanan 2024 sekitar USD 13 miliar (Kementerian Pertahanan RI, 2024), dan pertumbuhan industri strategis yang signifikan.

Posisi geografisnya di persimpangan Samudra Hindia–Pasifik menjadikan Indonesia kunci jalur perdagangan dunia. Diplomasi bebas-aktif memberikan fleksibilitas bagi Indonesia untuk memimpin inisiatif tanpa dicurigai sebagai alat kepentingan blok tertentu.

Rasional Pembentukan Pakta Pertahanan Islam

1.Keamanan Kolektif: Memberikan jaminan bahwa serangan terhadap satu negara anggota dianggap serangan terhadap semua, seperti Pasal 5 NATO (NATO Treaty, 1949).

2.Kemandirian Pertahanan: Mengurangi ketergantungan negara-negara Muslim pada aliansi Barat atau penyedia senjata luar.

3.Keseimbangan Kekuatan Global: Menjadi counterweight terhadap NATO, AUKUS, QUAD, dan aliansi lainnya (Mahbubani, 2023).

4 Solidaritas Umat: Menguatkan persatuan dunia Islam di tengah fragmentasi ideologis dan kepentingan nasional.

Peran Strategis Indonesia

1.Pemimpin Moral dan Diplomatik

Indonesia memiliki reputasi sebagai negara Muslim yang demokratis, moderat, dan konsisten mendukung kemerdekaan Palestina (Kemlu RI, 2023). Modal diplomatik ini dapat dioptimalkan untuk menjadi inisiator pertemuan tingkat menteri pertahanan OKI.

2.Pusat Pelatihan dan Industri Pertahanan

Indonesia memiliki PT Pindad (senjata dan kendaraan tempur), PT Dirgantara Indonesia (pesawat), dan PT PAL (kapal perang).

Dengan kolaborasi riset bersama negara-negara Muslim, Indonesia dapat menjadi hub pengembangan alutsista (Bappenas, 2024).

3 Penjembatan ASEAN Dunia Islam

Sebagai anggota kunci ASEAN, Indonesia dapat memastikan agar Pakta Pertahanan Islam selaras dengan ADMM (ASEAN Defence Ministers’ Meeting) sehingga tidak menimbulkan kecurigaan di kawasan.

Manfaat bagi Indonesia

1.Keamanan Nasional Lebih Terjamin: Ancaman transnasional seperti perompakan, terorisme, dan konflik maritim dapat ditangani kolektif.

2 Peningkatan Daya Tawar Diplomatik: Indonesia dapat memimpin blok negosiasi yang mewakili 1,8 miliar umat Muslim (Pew Research Center, 2023).

3 Penguatan Industri Pertahanan: Mendorong inovasi, membuka lapangan kerja, dan meningkatkan PDB.

4.Reputasi Global: Indonesia akan dipandang sebagai poros dunia Muslim dan motor peradaban.

Tantangan dan Risiko

1.Fragmentasi Politik Dunia Islam: Rivalitas Arab Saudi Iran, Turki Mesir, dan konflik internal lainnya dapat menghambat konsensus (Gause, 2022).

2.Kekhawatiran Negara Barat: Pembentukan pakta ini mungkin dipersepsikan sebagai ancaman terhadap kepentingan Barat.

3.Komitmen Sumber Daya: Estimasi biaya minimal 2% dari PDB negara anggota akan menjadi beban fiskal (SIPRI, 2024).

4.Resistensi Internal: Perlu komunikasi publik agar tidak memicu polarisasi politik domestik.

Strategi Implementasi

1.Diplomasi Multilayer: Memulai dari joint statement negara OKI, dilanjutkan dengan pertemuan tingkat menteri dan kepala negara.

2.Kerja Sama Non-Militer: Dimulai dengan operasi kemanusiaan, bantuan bencana, dan peacekeeping di zona konflik.

3 Pembentukan Sekretariat Bersama: Jakarta dapat dijadikan pusat koordinasi, didukung pusat komando regional di Timur Tengah dan Afrika.

4 Penguatan Soft Power: Melalui pendidikan militer, pertukaran taruna, dan latihan gabungan untuk membangun interoperabilitas.

Implikasi bagi ASEAN

Stabilitas Kawasan: Meningkatkan keamanan Selat Malaka, Laut Natuna, dan Laut Cina Selatan.

Sinergi Pertahanan: Memperkuat kerja sama intelijen dan mencegah infiltrasi kelompok radikal.

Peran Indonesia sebagai Poros: Mengukuhkan visi Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia.

Perbandingan dengan Pakta Lain

NATO: Fokus Eropa-Amerika Utara, memiliki Pasal 5 sebagai dasar pertahanan kolektif.

CSTO: Versi Rusia, beranggotakan negara bekas Uni Soviet.

GCC: Aliansi negara Teluk, lebih terbatas dan berbasis kawasan. Pakta Pertahanan Islam dapat menggabungkan kekuatan demografis, geografis, dan sumber daya alam dari 57 negara OKI sehingga memiliki bobot strategis global.

Kesimpulan

Pembentukan Pakta Pertahanan Islam bukan sekadar wacana emosional, tetapi kebutuhan strategis di era multipolar.

Indonesia memiliki posisi, kapasitas, dan legitimasi untuk memimpin inisiatif ini. Dengan strategi diplomasi yang cermat, dukungan industri pertahanan, data terukur, dan sinergi dengan ASEAN, Indonesia dapat menjadi poros dunia Muslim yang membawa perdamaian, stabilitas, dan kemandirian umat.

Pakta ini akan memperkuat identitas politik dunia Islam dan menempatkan Indonesia pada panggung sejarah sebagai motor peradaban yang mendorong keseimbangan global.

والله اعلم بالصواب

C21092025, Tabik 🙏

Daftar Pustaka

NATO. (2023). NATO Defense Expenditure Report.

SIPRI. (2024). Military Expenditure Database.

OKI. (2023). Annual Report of the Organization of Islamic Cooperation.

Kementerian Pertahanan RI. (2024). Buku Putih Pertahanan.

Kementerian Luar Negeri RI. (2023). Laporan Diplomasi Indonesia.

Bappenas. (2024). Rencana Induk Industri Pertahanan.

Pew Research Center. (2023). The Future of the Global Muslim Population.

Gause, F. (2022). The International Relations of the Persian Gulf. Cambridge University Press.

Mahbubani, K. (2023). The Asian 21st Century. No ratings yet.

Nilai Kualitas Konten